Di Indonesia atau mungkin negara-negara lain pasti ada saat dimana musim kemarau dan terjadi kekeringan, khususnya di indonesia di bagian kalimantan, jawa, atau papua yang sering sekali terjadi kekeringan. Tentunya Islam sudah memberikan beberapa solusi dan ajaran untuk menghadapi musibah ini yaitu dengan Sholat Istisqa' atau sholat meminta hujan, dibawah ini adalah beberapa tatacara, do'a dan hadits2 tentang sholat istisqa'.
Shalat Meminta Hujan (Istisqa’)
Isitisqa’ adalah memohon kepada Allah swt turunnya hujan karena kebutuhan hidup atas air sangat mendesak. Dengan demikian shalat istisqa’ berarti shalat yang dilakukan dalam rangka memohon hujan kepada Yang Maha Kuasa. Shalat Istisqa hukumnya sunnah muakkadah berdasarkan hadits nabi :
خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم يستسقي فجعل الى الناس ظهره واستقبل القبلة وحول رداءه
Rasulullah saw. keluar meminta hujan, beliau memunggungi jama’ah dan menghadap kiblat, mengubah posisi selendangnya, (HR. Muslim)
Sebelum melaksanakan shalat istisqa’ diharapkan semua jama’ah memperbanyak istighfar. Memohon ampunan kepada Allah swt atas segala dosa yang telah dilakukannya. Karena dosa-dosa inilah yang menjauhkan kaum dari rahmat-Nya (diajuhkan dari hujan, didatangkan keprihatianan, paceklik dan berbagai macam cobaan menakutkan lainnya). sebagaimana diterangakan dalam al-Isra ayat 16:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Oleh karena itulah sebaiknya jama’ah memperbanyak amal saleh, sedekah dan berdamai dan saling memaafkan. Semua itu disunnahkan agar dilakukan selama tiga hari berturut-turut menjelang shalat isitisqa’ dalam keadaan berpuasa. Pada hari keempatnya di pagi hari ketika matahari telah terbit dilaksanakanlah shalat istisqa’ dan masih dalam ke adaan berpuasa. Karena do’a dalam keadaan berpuasa memiliki nilai lebih.
Aisyah berkata : "Rasulullah saw melaksanakan shalat Istisqa’ ketika sinar matahari telah terlihat.” (HR. Abu Daud dan Al Hakim mensahihkannya).
Shalat isitisqa’ harus dilaksanakan dengan penuh khidmat, keprihatinan dalam keadaan memelas dan merendahkan diri serendah rendahnya kepada Allah swt. tidak boleh banyak bicara baik ketika perjalanan, duduk maupun menunggu. Semua harus dilakukan dengan sangat khusyu’ dan hening. Sebagaimana dilakukan Rasulullah saw
أنه عليه الصلاة والسلام خرج متبذلا متواضعا متضرعا حتى أتى المصلى
adapun niat shalat ini adalah
أصلى سنة الإستسقاء ركعتين مأموما لله تعالى
Shalat ini dilakukan dua rakaat ditanah lapang, pada rakaat pertama bertakbir sebanyak 7 kali dan 5 kali pada rakaat kedua atau seperti melaksanakan shalat hari Raya. Imam hendaklah membaca surat Al ‘Ala pada rakaat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua. Setelah shalat, imam membaca dua khutbah. Khutbah pertama diawali dengan bacaan istighfar 9 kali dan khutbah kedua diawali dengan bacaan istighfar 7 kali.
Usai Khutbah imam membaca doa diaminkan oleh jama’ah, kemudian menghadap kiblat memindahkan kain sebelah kanannya kesebelah kiri dan kain sebelah kirinya ke sebelah kanannya dengan diikuti oleh semua jama’ah. Hal ini sebagai penanda akan bergantinya keadaan dari keprihatinan menjadi kebahagiaan, dari kekeringan menjadi ke segaran, dari kesempitan menuju ke luasan. Demikianlah berdo’a dilakukan dengan amat khusyu’ hingga akhir. Perlu diketahui bahwa dalam shalat Istisqa tidak ada adzan dan iqamat.
loading...