Dahulu, ketika Bisyr masih senang berfoya-foya di rumahnya, ia memiliki banyak sahabat yang mempunyai kebiasaan minum dan jor-joran.
Suatu hari, ada seorang shalih lewat di depan rumahnya lalu mengetuk pintu. Kemudian seorang budak perempuan keluar rumah untuk menemuinya.
Orang shalih itu bertanya, "Yang punya rumah ini orang merdeka atau budak."
Budak perempuan menjawab, "Orang merdeka."
Orang shalih berkata, "Benar jawabanmu, sekiranya pemilik rumah ini seorang budak, tentulah ia berperangai sebagaimana budak dan tidak berfoya-foya seperti ini."
Ternyata Bisyr (pemilik rumah) mendengar pembicaraan mereka berdua ini. Maka ia segera lari menuju pintu tanpa mengenakan sandal, namun orang shalih tersebut telah pergi.
Bisyr lalu berkata kepada budak perempuannya, "Celaka kamu, siapa yang mengajakmu bicara di depan pintu tadi?"
Kemudian sang budak menceritakan kejadian tersebut.
Bisyr bertanya, "Terus laki-laki tadi kemana?"
Budak menjawab, "Ke sana!"
Bisyr pun mengikuti kemana laki-laki itu menuju. Setelah dapat menyusul, Bisyr bertanya, "Wahai tuan, andakah tadi yang berhenti di depan pintu rumahku dan berbicara dengan budak perempuanku?"
Orang shalih menjawab, "Ya."
Bisyr berkata, "Tolong ulangi percakapan anda dengan budakku tadi!"
Orang shalih itu pun mengulangi pembicaraannya.
Seketika itu Bisyr pun menempelkan pipinya ke tanah, sambil berkata, "Wahai tuan, pemilik rumah itu seorang budak." Setelah itu ia senantiasa berjalan tanpa sandal hingga ia dikenal dengan sebutan hufa’, orang tak bersandal.
Banyak orang bertanya kepada Bisyr, "Mengapa kamu selalu tidak memakai sandal?"
Bisyr menjawab, "Karena Tuhanku tidak berkenan mene-muiku kecuali saat aku tidak mengenakan alas kaki. Aku akan terus bersikap demikian ini sehingga ajal menjemputku'."
loading...